KOMUNITAS Aing melepas lima peserta untuk mengikuti residensi Metik Kacapi Buhun selama dua bulan di Baduy. Kelima peserta tersebut adalah Hadi Prasatya dari Bandung, Recky Hutama dari Tasikmalaya Jawa Barat, Susmita Afriyani dari Lebak Banten, serta Aja dan Andri dari Baduy.

Ketua Komunitas Aing, Endin Saparudin atau biasa dipanggil Niduparas mengatakan, Komunitas Aing tidak hanya bergerak dalam ranah kebahasaan, melainkan juga terlibat dalam berbagai kegiatan literasi, sastra, aktivisme, riset, pertunjukan, tradisi lisan, pariwisata, hingga terlibat dalam berbagai gerakan sosial.

Masih kata Nidu, berbagai kegiatan telah diselenggarakan oleh Komunitas Aing, baik secara mandiri maupun secara kolaboratif, serta melakukan pendukungan dalam kegiatan instansi pemerintah; mulai dari kegiatan diskusi buku, diskusi film, hingga penyelenggaraan festival bersekala nasional.

“Residensi ini merupakan rangkaian kegiatan Batara Endah Sora yang kami kerjakan dan didanai oleh Fasilitasi Bidang Kebudayaan (FBK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi tahun 2022,” kata Nidu di Ciboleger, Leuwidamar Kabupaten Lebak, Minggu (21/08/2022).

Selama dua bulan, kata Nidu, para peserta akan mempelajari Kacapi Buhun dari Ki Pantun di Kampung Kadu Gede dan Kampung Kadu Ketug Baduy Luar. Tak hanya itu, peserta juga akan mempelajari semua sisi kehidupan dari warga Baduy.

“Dalam Residensi ini, panitia hanya memilih lima peserta. Dua dari Jawa Barat, tiga dari Banten. Tujuannya agar alat musik Kacapi buhun tidak punah dan bisa dimainkan oleh setiap orang tak hanya Ki Pantun,” kata Nidu.

Sementara itu, Peserta Asal Banten Susmita Afriyani mengatakan alasannya mengikuti kegiatan ini untuk mengenal, memahami, dan turut serta melestarikan kesenian tradisional.

“Kita mungkin sudah tau apa saja alat musik tradisional, tapi hanya sebagian yang memainkannya. Saya sendiri belum pernah memainkan kacapi, ini tantangan baru buat saya untuk belajar,” kata Mita panggilan akrab.

Senada dengan Mita, peserta lain dari Jawa Barat yaitu Hadi dan Recky juga mengaku senang bisa lolos mengikuti kegiatan ini. Menurut mereka, kesenian yang ada di Banten tidak begitu berbeda dengan yang ada di Jawa Barat.

“Ada beberapa kemiripan tapi tentu kita akan menemukan perbedaannya. Ini sangat menarik menurut saya, mempelajari perbedaan guna memperkaya keilmuan,” kata Hadi.

“Di akhir kegiatan kami akan pentas dengan lima alat musik petik lain. Itu menjadi alasan saya mengikuti kegiatan. Membayangkan bagaimana nada-nada tersebut berirama, mengalun menjadi harmonisasi yang indah,” ujar Recky.

Redaktur: Dendi S

Reporter: Rizal Fauzi