“BENCANA tak dapat diprediksi. Oleh karenanya, kenali tandanya dan perkuat mitigasinya.”
Demikian diungkapkan oleh perwakilan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devi Kamil, saat menghadiri acara NGOPI (Ngolah Pikir) yang digagas Boedak Saung, di Panggung Budaya Disparbud Kabupaten Pandeglang, Selasa (15/2/2022).
Kata Devy, tidak setiap gunung meletus atau erupsi disebut bencana. Dengan demikian, harus dikenali peringatan dininya.
“Kita perlu menyamakan persepsi, sehingga penanganannya juga bersama-sama,” kata Devy, Selasa (15/2/2022).
Menurutnya, pemerintah harus mempersiapkan mitigasinya, salah satunya dengan membiasakan pelatihan.
“Semakin sering latihan, akan memudahkan kita dalam menghadapi bencana,” ujar Devy.
Sementara, Kabid Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Pandeglang, Agus Suryana menyatakan, dalam penanganan bencana harus dihidupkan kembali kebiasaan gotong royong.
“Masyarakat jangan trauma dan tidak panik,” ujar Agus.
Sampai hari ini tandasnya, info gempa yang masuk ke BPBD per detik.
Pembina Yayasan Balaputra Salakanagara, Budi Prakoso menyatakan, konsep penanggulangan bencana sudah disusun sejak beberapa tahun silam.
“Tinggal sekarang, mau atau tidak ?” ujar Budi.
Ditambahkan Budi, seyogyanya program mitigasi harus jadi muatan lokal (Mulok) tingkat PAUD sampai SLTA.
“Bicara kearifan lokal, kita coba pahami cerita-cerita nenek moyang dan mengenali tanda bahaya dari alam,” pungkasnya.
Hadir dalam kegiatan ini, Basarnas, BPBD, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, DPUPR, BAPPEDA, Kesbangpol, Dindikpora, dan beberapa perwakilan OPD lainnya, serta sejumlah masyarakat dari 8 kecamatan di wilayah selatan.
Redaktur : D. Sudrajat
Reporter : Asep