PROGRAM tanam jagung yang digembar-gemborkan Pemkab Pandeglang, Banten, diibaratkan seperti madu di ujung hidung. Sebab program tersebut dinilai tidak sukses dan harus ada evaluasi, baik oleh eksekutif maupun legislatif.
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pandeglang, Abdul Rozak mengatakan, bahwa program jagung hanya sebatas memberikan madu di ujung hidung. Karena menurutnya, program tersebut tidak berjalan sukses.
“Kami rasa program jagung itu perlu ada evaluasi. Karena kami menilai ini program mentah, sehingga tidak memiliki manfaat yang jelas bagi masyarakat,” ungkap Rozak, Selasa (10/10/2017).
Selain itu, anggaran program tersebut juga seakan ditutup-tutupi alias tidak jelas. Apakah perogram tersebut masuk dalan RPJMD Kabupaten Pandeglang atau tidak, ini belum ada kejelasan berapa anggaran bantuan program jagung yang diterima Pemkab Pandeglang dari Kementerian Pertanian serta berapa anggaran penunjang teknis yang diambil dari APBD.
“Selain itu berapa hektare lahan tidur yang sudah dilakukan penanaman dan jumlah hasil panen itu tidak jelas,” tanyanya.
Ia menambahkan, harus ada kejelasan dari program tersebut. Sementara jika melihat di setiap kecamatan dan desa, penanaman hanya dilakukan di pekarangan-pekarangan atau halaman kantor dan areal persawahan.
“Pemerintah cukup ambisius untuk menjadikan Pandeglang sebagai lumbung jagung. Tapi kenyataannya tidak jelas, bahkan srkarang ini sudah diwacanakan lagi sebagai lumbung kedelai,” tuturnya.
Redaktur : A Supriadi
Reporter : Samsul Fathoni