BANYAKNYA Badak Jawa yang hilang diburu akhir-akhir ini, membuat Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menerapkan Wilayah Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA). Lahan seluas 5.100 tersebut dipagari untuk pengamanan Badak Jawa.

Selain menjadi kawasan Badak Jawa yang di jaga ketat untuk menaikkan tingkat kelahiran badak, areal tersebut akan digunakan khusus studi ekologi dan konservasi badak jawa secara intensif.

“Untuk itu dalam waktu dekat juga akan dilakukan upaya memasukan badak jawa ke areal JRSCA dari habitat badak yang seluas 35.000 Ha di semenanjung Ujung Kulon,” ungkap Kepala Balai TNUK, Ardi Andono setelah Konferensi Pers di Aula Polda Banten, Selasa, (11/6/2024).

Rencananya, lokasi yang dipagari tersebut akan jadi lokasi breeding badak yang produktif. Breeding terkontrol yang menggunakan Assisted Reproduktif Technologies (ART) atau teknologi reproduksi bantuan yang bertujuan untuk mengatasi masalah kesuburan dengan menggunakan teknik seperti inseminasi buatan (AI) dan fertilisasi in vitro (IVF)

“Sudah tidak bisa ditawar lagi karena kalau menunggu perkawinan dan kelahiran badak secara alami akan sangat lama, jadi ART diharapkan mampu memperbanyak populasi Badak Jawa di Balai TNUK,” ujarnya.

Untuk saat, sambung Ardi, per 2023 ada 81 Badak Jawa di TNUK ditambah kelahiran badak per maret kemarin membuktikan keberhasilan sistem JRSCA, namun dengan adanya kasus pemburuan liar ini maka sistem ART akan segera diterapkan agar populasi Badak Jawa semakin bertambah.

Sementara itu, sambungnya, untuk mengidentifikasi jumlah dan kelamin Badak sebelumnya pihaknya menggunakan metode album atau mengidentifikasi dari tangkapan kamera selama 10 tahun terakhir.

“Dari total 81 Ekor Badak Jawa terdiri dari 40 betina dan 41 jantan,” ujar Ardi.

Sedangkan per Februari, sambungnya, Balai TNUK memasang sistem baru yaitu dengan sistematis sampling dengan teknologi unmark spesies di semua wilayah kawasan konservasi, untuk mengetahui jumlah Real badak yang ada di Ujung Kulon.

Menurut Andi, maraknya perburuan badak jawa diduga karena informasi tentang Balai TNUK mengenai badak jawa terlalui detail, untuk itu pihaknya akan bersurat agar pihak ke-3 yang mempublikasikan bisa mengurangi informasi rahasia mengenai rute yang dilalui badak, jumlah kamera, letak pos pengamanan dan lainnya.

“Kita akan bersuara kepada channel YouTube yang menayangkan data detail terkait aktivitas badak Jawa Ujung Kulon dan kepada Google Earth agar tidak menampilkan gambar badak dan jalur badak, agar tidak disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab guna menjaga populasi nya,” jelasnya.

“Jumlah polhut di Ujung Kulon cuma 12 orang yang juga menjadi keterbatasan dalam menjaga Balai TNUK yang luasnya sekitar 16.000 Ha baik darat dan laut,” pungkasnya.

Redaktur: Fauzi

Reporter: Feri