Oleh: Minhatul Ma’arif*

Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, pendidikan memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kelestarian warisan budaya bangsa. Di Banten, batik bukan sekadar kain bercorak indah, tetapi juga simbol dari identitas dan sejarah masyarakat Banten yang kaya akan filosofi serta nilai-nilai luhur.

Mengintegrasikan pembelajaran batik Banten dalam kurikulum sekolah menjadi salah satu langkah penting untuk menumbuhkan kesadaran generasi muda terhadap kekayaan budaya mereka.

Dalam pembelajaran batik, peserta didik tidak hanya belajar teknik menggambar motif, mencanting dan mewarna, tetapi juga menggali nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam motif-motif batik Banten.

Motif khas seperti surosoan, kembang tanjung, banderong lesung memiliki cerita dan pesan tersendiri, mengandung makna tentang kearifan lokal dan keindahan alam Banten yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Setiap motif mengajarkan peserta didik untuk lebih memahami sejarah dan tradisi mereka, sekaligus membentuk rasa kebanggaan terhadap identitas budaya yang unik.

Mengajarkan batik Banten kepada generasi muda juga mengajarkan keterampilan yang melibatkan kreativitas, kesabaran, dan ketekunan. Proses menggambar pola, mencanting, dan mewarnai membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang besar, sekaligus melatih peserta didik untuk lebih menghargai proses dan hasil kerja yang penuh makna.

Hal ini juga memberikan pengalaman langsung tentang kesenian tradisional yang sering kali hilang dalam kehidupan modern saat ini.

Namun, upaya ini menghadapi berbagai tantangan. Masih banyak sekolah yang belum memiliki sarana memadai atau guru yang memiliki kemampuan membatik. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, sangat diperlukan untuk menyediakan pelatihan dan fasilitas pendukung bagi guru dan peserta didik dalam pembelajaran ini.

Selain itu, keterlibatan sanggar batik dan komunitas budaya lokal juga sangat penting, sehingga peserta didik dapat terhubung langsung dengan para pelaku seni dan budayawan yang paham akan sejarah serta filosofi batik Banten.

Melalui pembelajaran batik, kita tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Dengan menjadikan batik Banten sebagai bagian dari kurikulum muatan lokal, diharapkan peserta didik memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan menghargai kekayaan budaya mereka.

Ini bukan sekadar pengajaran keterampilan membatik, tetapi juga upaya untuk membentuk generasi yang lebih menghargai dan bangga terhadap identitas budaya mereka.

Pembelajaran batik Banten di sekolah adalah langkah nyata untuk menjaga budaya yang diwariskan oleh nenek moyang. Dengan semangat kebersamaan, kita bisa menguatkan akar budaya lokal sekaligus membangun masa depan yang tetap mengakar pada nilai-nilai tradisional yang kaya akan kearifan.

Mari bersama-sama mendukung upaya ini sebagai bagian dari perjalanan panjang menjaga identitas budaya Banten yang tak ternilai harganya.

*Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan UNJ