CAMAT Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten, Entus Bakti mengharapkan, pengelolaan potensi alam di wilayahnya bisa dioptimalkan oleh masyarakat melalui BUMDes. Potensi-potensi itu seperti, potensi wisata alam hingga agrowisata.
Menurut Entus, Kecamatan Mandalawangi yang secara geografis dikelilingi pegunungan sangat cocok dikembangan model pariwisata alam dan agrowisata.
Kata dia, saat ini sudah banyak wisata alam, mulai kolam pemandian di Desa Kurungkambing, wisata religi dan kolam pemandian Salakanagara, Curug Tomo dan Turalak Leuwibumi di Desa Ramea dan lainnya.
“Sejumlah objek wisata yang sudah berjalan tentunya sangat bagus. Namun, saya melihat tidak banyak keterlibatan masyarakat selaku pelaku usaha wisata, karena masih banyak yang dimiliki peroangan,” ungkap Entus Bakti saat meninjau objek wisata Curug Tomo dan Turalak Leuwibumi di Desa Ramea, Mandalawangi, Selasa (07/08/2018) siang.
Pihaknya mengharapkan, dari 15 desa di Kecamatan Mandalawangi, beberapa di antaranya memiliki BUMDes yang bergerak di bidang pariwisata, baik itu wisata alam maupun agrowisata. Menurutnya, sangat disayangkan jika dengan limpahan potensi sumber daya alam, tetapi belum dioptimalkan oleh desa untuk kesejahteraan masyarakat.
“Ini potensi yang sangat luar biasa. Jika diibaratkan ini seperti puteri cantik yang masih tertidur, jadi masih banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk pariwisata,” kata Entus menyoal potensi wisata Curug Tomo.
Diharapkan, jika ke depan tempat ini dibangun maka harus mendahulukan masyarakat sebagai pelaku usaha pariwisata. Masyarakat harus memiliki saham atas objek wisata dan jangan sampai masyarakat yang memiliki lahan justru dijual kepada investor, setelah itu hanya menjadi penonton.
“Konsepnya adalah bagaimana mendahulukan masyarakat sebagai pelaku wisata, bukan mengedepankan investor yang akan membangun tempat ini,” terang mantan Kabag Hukum Setda Pandeglang ini.
Dalam waktu dekat pihaknya akan berkoordinasi dengan para kepala desa yang memiliki potensi wisata untuk mengoptimalkan upaya tersebut. Jika wisata alam dan agrowisata ke depannya bisa dikembangkan, maka harus dikelola oleh BUMDes.
“Jadi BUMDes ini lebih mengutamakan membuka suatu peluang usaha yang menjadi potensi di wilayah desa tersebut dengan catatan masyarakat diberikan peran yang luas untuk mengembangkannya. Dengan demikian diharapkan bisa memberikan manfaat, seperti membuka lapangan pekerjaan serta pemberdayaan masyarakat melalui sejumlah jenis usaha yang tepat menjaga nilai-nilai kearifan lokal,” sambung Entus.
Selain itu, dirinya juga meminta masyarakat untuk terus menjaga kelestarian dan kebersihan alam. Karena jika alam rusak serta banyak sampah berserakan, tentunya selain akan merusak lingkungan dan juga membuat wisatawan tidak nyaman.
“Diharapkan masyarakat untuk tidak merusak alam dan tidak membuang sampah sembarangan. Tadi saya lihat cukup bagus, di Turalak disediakan kantung-kantung sampah,” pungkasnya.
Sementara, pengelola Curug Tomo, Soleh Bahang mengatakan, kunjungan wisatawan ke Curug Tomo ramai pada akhir pekan atau libur panjang. Dikatakannya, pengunjung datang dari berbagai daerah, seperti Serang, Cilegon, Cikande, hingga Tangerang.
“Pengunjung hanya dikenakan biaya masuk Rp 10.000 dan tempat ini kelola oleh saya dan pemuda di sini. Di lokasi ada juga warga yang membuka warung dengan berjualan kopi, mie instan dan makanan lainnya,” tandas Soleh.
Redaktur : D Sudrajat
Reporter : Ari