KONTINGEN Kabupaten Pandeglang memang gagal memperbaiki prestasi di Porprov V 2018 Kabupaten Tangerang.
Bahkan, Pandeglang paling buncit dengan 19 medali emas, 22 perak dan 46 perunggu. Pesaing utama Pandeglang yakni Lebak naik peringkat ke posisi 7 dengan koleksi medali jauh lebih banyak yakni 32 emas.
Ketua KONI Pandelang Syahruddin menyatakan, kegagalan Pandeglang memperbaiki peringkat disebabkan 100 persen menggunakan tlet lokal. Sementara kontingen lain khususnya tuan rumah menurutnya banyak menggunakan atlet profesional dan diduga kuat berasal dari luar Banten.
“Kami pastikan Pandeglang 100 persen atlet lokal Banten. Medalinya memang sedikit tapi kami tetap puas karena konsisten mempromosikan hasil pembinaan,” demikian kata Syahruddin, kemarin.
Menurutnya, banyak persoalan yang muncul di arena Porprov V seperti tidak konsistennya aturan main dan subjektivitas panitia pelaksana. Ia mencontohkan nomor lompat jangkit putri ditiadakan. Padahal di nomor ini Pandeglang punya atlet andalan yaitu Maesaro.
“Ke depan kami ingin Porprov di hendel oleh KONI Banten. Jangan diserahan ke daerah karena aturannya dimain-mainkan. Kami banyak menderita kerugian,” tandasnya.
Ditambahkannya, Kontingen Pandeglang pun bisa dikatakan yang paling irit dari segi pendanaan dibanding kabupaten/kota lain.
“Ini sesuai kemampuan daerah. Tapi kami sudah berusaha semakisimal mungkin,” pungkasnya.
Kendati berada di juru kunci, Kontingen Pandeglang sedikit bisa bernafas lega. Soalnya masih kebagian juara pertama kirab api obor. Piala kirab api obor ini diterima pengurus teras KONI Pandeglang Sirojudin.
“Dalam Porprov penyambutan api obor adalah hal yang sakral. Karena api obor dalam event ini menjadi pembakar semangat atlit. Untuk itu KONI Pandeglang dan pemerintah daerah mempersiapkan penyambutan api obor ini penuh dengn kebanggaan. Hasilnya kami juara,” jelas Sirojudin.
Redaktur : A. Supriadi
Reporter : Dendi