Warga Pandeglang Ramai-ramai Bikin Bubur Suro, Tapi Tetap Patuhi Protokol Kesehatan

0
188

DALAM menjaga tradisi leluhur, masyarakat Kampung Kadugajah, Kelurahan Pandeglang, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, secara massal membuat bubur untuk memperingati 10 Muharram.

Hal itu dilakukan untuk mempertahankan tradisi yang ada, agar masyarakat di era sekarang mengenali adat dan tradisi yang dilakukan oleh leluhur.

Salah seorang warga, Unah mengatakan, pihaknya membuat bubur tersebut untuk mempertahankan adat dan tradisi, namun dalam pembuatan dan menjalankan adat tradisi tersebut juga tetap memerhatikan protokol kesehatan.

“Pembuatan bubur ini kita sudah rutin setiap tahun, karena ini kan sedang masa pandemi kita membuatnya juga memakai masker, terus yang membuat buburnya juga kita tidak berdesak- desakan makanya kita buatnya juga di ruang terbuka, dengan jumlah dibatasi 10 sampai 15 orang,” katanya, Sabtu (29/08/2020).

Dalam proses pembuatan bubur suro tersebut, juga sangat membatasi jumlah dan menjaga jarak. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran Covid-19.

“Tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, karena meskipun di masa pandemi ini kita tetap menjaga nilai tradisi membuat bubur suro,” ujarnya.

Masalah anggaran pembiayaan bubur tersebut, dilakukan pengumpulan dana dari seluruh masyarakat secara swadaya, bahkan dalam pengumpulan tidak memaksakan jumlah dan mematok nominal.

“Untuk dana, kita minta dari semua masyarakat dan tidak mematok, kita juga akan bagikan kepada seluruh masyarakat kembali,” terangnya.

Sementara itu, Ketua RT setempat, Ahmad Toni mengapresiasi, kegiatan masyarakat tersebut, karena kegiatan tersebut dinilai sangat penting untuk menjaga tradisi.

“Pembuatan bubur suro ini kan kami tidak memaksa atau mewajibkan, namun masyarakat sendiri yang ingin menjaga tradisi, agar tetap mengingat kisah masa lampau,” katanya.

Ia menuturkan, dalam pengumpulan dana tidak ada pemaksaan, bahkan masyarakat yang menginisiasi dengan memberikan beras, menyumbangkan tenaganya.

“Kalau kita bilang ini pemaksaan, tapi mereka sendiri yang iuran, ada yang iuran beras, iuran wajan, panci, tungku, jadi sama sekali tidak ada paksaan, lagi pula bubur ini juga akan diberikan kepada masyarakat semuanya,” pungkasnya.

Redaktur : A Supriadi
Reporter : Andre Sopian