Penulis: Wulan Mayasari, dr., MH.Kes., AIFO-K.*

Perhatian terhadap pencegahan risiko cedera pada anak semakin besar, baik di dunia maupun di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan bahwa penyebab utama kematian pada anak-anak di bawah 15 tahun adalah cedera.

Data demografi pada Profil Kesehatan Indonesia 2023 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukan bahwa kelompok usia 0-14 tahun adalah kelompok dengan jumlah terbanyak, artinya Indonesia memiliki gambaran piramida penduduk dengan struktur penduduk muda. Dengan kata lain, derajat kesehatan Indonesia sangat bergantung pada derajat kesehatan anak-anak.

Cedera adalah sebuah kondisi dimana terjadinya suatu kerusakan struktur jaringan tubuh yang dapat mengganggu fungsi dari jaringan tersebut. Cedera bisa ditandai dengan suatu perubahan warna, bentuk, perdarahan, dan juga dapat ditemukan perasaan nyeri, panas, dan perasaan tidak nyaman lainnya. Cedera dapat dikategorikan berdasarkan tempat dan tingkatannya.

  1. Cedera berdasarkan tempat, terjadi di seluruh bagian tubuh manusia, seperti cedera kepala, leher, dada, perut, punggung, pinggang, daerah genital (kelamin), alat gerak atas (lengan atas, lengan, dan tangan), serta alat gerak bawah (tungkai atas, tungkai, dan kaki). Cedera juga bisa terjadi di bagian yang terlihat atau tidak terlihat (organ dalam).
  2. Cedera berdasarkan tingkatannya, dibagi atas cedera ringan, sedang, dan berat. Dengan bermacam penyebab yang beragam diantaranya, bisa berupa benturan, gesekan, sayatan, dan lain sebagainya. Penanganan cedera dengan tepat sangat bisa menghindari komplikasi yang terjadi seperti berkurangnya fungsi organ, kecacatan, bahkan kematian anak.

Cedera pada dasarnya bisa dicegah, namun jika terlanjur terjadi cedera pada anak, keputusan orang dewasa mengenai apa yang akan dilakukan sangatlah menentukan masa depan anak. Cedera ringan yang mengenai kulit bisa ditanggulangi dengan cara membersihkan luka dengan cairan antiseptik dan menutupnya dengan kassa steril/plester serta membiarkannya tetap lembab agar proses penyembuhan luka pada kulit bisa sempurna.

Penanganan luka ringan pada kulit yang tidak tepat dapat menyebabkan proses penyembuhan luka yang tidak sempurna, menyebabkan terjadinya bekas luka yang mengurangi fungsi kulit serta mengurangi fungsi estetik. Bekas luka yang terjadi sejak usia muda biasanya akan lebih sulit untuk dihilangkan dan dikembalikan fungsinya seperti sediakala.

Jaringan parut yang terbentuk tidak memiliki elastisitas yang baik sebagaimana fungsi kulit sebelumnya. Penanganan cedera untuk luka kecil yang berdarah adalah dengan menghentikan pendarahannya. Cedera yang melibatkan pendarahan lebih hebat biasanya melibatkan pembuluh darah yang lebih besar dan memerlukan penanganan lebih lanjut.

Cedera pada kulit juga bisa terjadi tanpa adanya suatu perdarahan atau luka terbuka, misalnya perubahan warna menjadi merah, atau kontusio (memar) yang ditandai dengan kebiruan serta adanya pembengkakan. Penanganan awal luka memar bisa dilakukan dengan memberikan kompres es dan diberikan obat antikoagulan topikal (oles) sesuai petunjuk dokter.

Cedera pada anak bisa terjadi pada jaringan otot, ligamen, tendon, bahkan sendi yang dikenal dengan sprain injury dan strain injury. Sprain injury adalah sebutan untuk cedera yang terjadi pada ligamen, yaitu struktur yang menghubungkan dua tulang, sedangkan strain injury adalah cedera yang terjadi pada tendon yaitu jaringan yang menghubungkan otot dengan tulang atau terjadi pada jaringan otot itu sendiri.

Semua jaringan lunak ini berada di sekitar sendi yang aktif bergerak, sehingga kejadian sprain injury dan strain injury paling umum terjadi pada angkle (pergelangan kaki). Secara umum, keadaan ini di Indonesia disebut sebagai keseleo atau terkilir.

Tata laksana pertama pada kejadian sprain injury dan strain injury adalah dengan protokol RICE, yaitu Rest, Ice, Compression, dan Elevation.

  1. Rest maksudnya adalah mengistirahatkan dan melindungi bagian tubuh yang cedera. Protokol ini sangat penting dalam menentukan prognosis dalam keadaan sprain injury dan strain injury tersebut. Melakukan manipulasi dengan memijat atau menarik bagian tubuh yang cedera dapat menyebabkan keadaan cedera menjadi lebih parah.
  2. Ice adalah protokol memberikan kompres dingin menggunakan es batu selama minimal 10 menit. Suhu dingin dari es batu dapat membantu mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri.
  3. Compression adalah protokol membalut bagian tubuh yang cedera dengan menggunakan perban elastis. Balutan menggunakan perban elastis ini tidak boleh terlalu longgar dan terlalu erat. Pembalutan yang terlalu longgar tidak akan memberikan efek kompresi yang dapat mengurangi pembengkakan dan rasa sakit, sementara pembalutan yang terlalu ketat dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah di daerah yang cedera, hal ini dapat dibantu dengan melihat keadaan kuku pada jaringan yang dibalut. Jika kuku menjadi lebih pucat, ketika ditekan warna merah kembali dengan lambat (lebih dari 2 detik, disebut dengan capillary refill), dan terjadi kesemutan, maka kemungkinan besar balutan terlalu ketat, sementara jika balutan mudah digeser, berarti balutan terlalu longgar.
  4. Elevation, protokol ini bermaksud untuk mengangkat bagian yang cedera sejajar atau lebih tinggi dari level jantung, yang bertujuan untuk mengurangi pembengkakan.

Sayangnya, beberapa cedera yang terlihat tidak berat, bisa jadi merupakan cedera berat. Cedera yang tidak berdarah, belum tentu menunjukan ringannya keadaan. Cedera akibat hantaman benda tumpul pada kepala, leher, dada, ataupun perut, dapat menjadi cedera yang berat karena terjadi perlukaan pada organ dalam. Mendapatkan pertolongan medis sesegera mungkin pada anak yang mengalami cedera adalah keputusan terbaik.

Belajar pada penelitian yang dilakukan oleh Kuschithawati dkk terhadap 4.690 anak kelas 1-6 sekolah dasar di 28 sekolah dasar di Yogyakarta dengan judul “Faktor Risiko Terjadinya Cedera Pada Anak Usia Sekolah Dasar”, menemukan bahwa dari 3.586 anak yang mengalami cedera, 56,7% tidak mendapatkan pengawasan orang tua saat terjadi cedera.

Untuk itu para ayah dan ibu, cedera pada anak dapat sangat mencederai harapan dan hati kita karena efek yang ditimbulkannya, mari sediakan waktu lebih banyak untuk mengawasi dan membersamai anak-anak kita, berikan pengertian kepada anak tentang bagaimana menghindari atau mensiasati kegiatan-kegiatan yang berisiko cedera sesuai dengan usia perkembangannya.

*Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran