Dampak Cuaca Buruk, Harga Ikan Laut di Pandeglang Mulai Melonjak

0
400

SEJUMLAH pedagang ikan laut yang ada di wilayah Panimbang dan Labuan menaikan harga ikan laut. Hal itu karena saat ini masih sulit untuk mendapatkan ikan pada musim angin barat.

Selain karena musim angin barat, nelayan enggan melaut karena saat ini masih tergolong cuaca ekstrem, sehingga para nelayan tidak ingin mengambil risiko.

Herman, pedagang ikan di Labuan menuturkan, saat ini banyak ikan yang sudah mulai habis stoknya, hal itu terjadi karena pengaruh dari banyak nelayan yang libur melaut, sehingga stok ikan menipis dan sulit.

“Tenggiri, cumi, ikan kakap merah itu di atas Rp.75 ribu perkilo. Biasanya ikan tenggiri Rp 60.000, cumi Rp 50.000, kakap Rp 65.000. Penyebab naiknya harga ikan itu karena banyak nelayan yang tidak melaut,” katanya, Senin (13/01/2020).

Sementara itu, Ketua HSNI Pandeglang, Azis menjelaskan, liburnya para nelayan melaut membuat para pedagang kehabisan stok ikan basah dan segar, namun hanya tersisa ikan kering dan asin.

“Jelas berpengaruh produksi berkurang, stok iklan di Panimbang untuk tingkat agen kosong untuk ikan segar, tapi kalau untuk ikan kering dan ikan asin masih ada stok,” jelasnya.

Azis mengatakan, ketika menipisnya stok ikan di pasar membuat para pedagang ikan terpaksa mengambil dari daerah lain di luar Pandeglang, meskipun ada kenaikan harga yang cukup signifikan.

“Terkadang kalau stok ikan basah di agen dan pengecer benar-benar kosong, terpaksa ambil ikan basah dari luar kota. Tapi yang jelas ada kenaikan harga sekitar 30 sampai 50 persen tergantung jenis ikannya, yang jelas harga pasti naik kalau stok berkurang mah,” katanya.

Menurutnya, sudah berhari-hari para nelayan tidak melaut dan membuat para pedagang kehabisan stok, bahkan sampai menaikan harga ikan basah segar. Meski demikian, ada beberapa nelayan dengan kapasitas mesin 20 GT yang masih berlayar meskipun dalam jangka waktu lama.

“Cuaca buruk atau musim barat memang sudah siklus tahunan dan sekarang sedang terjadi, nelayan Panimbang untuk ukuran perahu dibawah 10 GT sudah tiga hari berturut-turut total tidak melaut. Kalau perahu 20 sampai dengan 30 GT masih bisa melaut,” tuturnya.

Meskipun para nelayan yang menggunakan kapasitas perahu dengan mesin di atas 20 GT, namun tetap saja menyisakan kekhwatiran dan tetap memaksakan kehendak.

“Khawatir mah tetap ada, cuman karena perahunya besar jadi masih bisa dan berani untuk melaut, dan itupun lama sekitar 10 sampai 15 hari melautnya,” pungkasnya.

Redaktur : A Supriadi
Reporter : Andre Sopian