DALAM rangka melestarikan dan memperkenalkan kekayaan kuliner tradisional Indonesia, khususnya Kue Bugis, Guriang Tujuh Indonesia dalam rangkaian program ‘Saba Budaya Banten’, membuat sebuah karya dokumenter bertajuk ‘Digitalisasi Pembuatan Kue Bugis’. Kue Bugis, makanan tradisional khas Banten dengan bahan dasar tepung ketan dan kelapa parut manis, dikenal memiliki cita rasa yang khas dan tekstur lembut. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga agar warisan kuliner ini tetap hidup di tengah perkembangan zaman yang modern.

Film dokumenter ini menggambarkan proses pembuatan Kue Bugis yang masih menggunakan metode tradisional, dari pemilihan bahan hingga teknik memasak yang diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, dokumenter ini juga menyelami sejarah dan makna budaya di balik Kue Bugis, serta kisah para pengrajin lokal yang dengan penuh dedikasi menjaga tradisi tersebut.

Direktur Guriang Tujuh Indonesia, Dede Abdul Majid, menyampaikan pentingnya upaya digitalisasi ini.

“Kami berharap melalui dokumenter ini, masyarakat terutama generasi muda dapat lebih memahami dan menghargai nilai-nilai tradisional yang terkandung dalam setiap kue Bugis. Tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari identitas budaya kita,” ujar Majid, dalam wawancara di Sanggar Teater Guriang, Kamis (26/9).

Salah satu pengrajin Kue Bugis, Sunarti, yang turut menjadi narasumber dalam film dokumenter tersebut, menyampaikan bahwa penting untuk kita menjaga tradisi pembuatan kue ini ataupun makanan tradisional lainnya agar tidak punah.

“Saya membuat kue ini diajarkan oleh orangtua saya. Saya pengen terus melestarikan tradisi ini supaya bisa mengajarkan ke anak cucu saya,” ucap Sunarti.

Sejarawan Banten, Yadi Ahyadi, juga menyoroti peran penting kuliner dalam kebudayaan lokal. Kue Bugis ini merupakan salah satu jamuan istimewa, makanan pembuka, sehingga di dalamnya itu mengandung nilai-nilai, lambang sebuah daerah termasuk juga sifat dan karakter masyarakat.

“Kue Bugis bukan hanya sekedar makanan, tetapi juga mewakili cerita panjang tentang hubungan manusia dengan alam, serta bagaimana kita menghargai hasil bumi. Dokumenter ini memberikan kontribusi penting dalam menjaga warisan budaya kita di era digital,” jelasnya.

Dengan adanya dokumenter pembuatan kue tradisional bugis, diharapkan semakin banyak masyarakat yang teredukasi mengenai pentingnya melestarikan makanan tradisional. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk ikut berperan dalam menjaga kekayaan kuliner Indonesia di tengah arus globalisasi.*

Redaktur: Fauzi