PENASIHAT Forum Akademisi Indonesia (FAI) Bidang Media, Aat Surya Safaat menyambut baik rekomendasi Rakernas Mathla’ul Anwar 2019 yang mengusulkan salah satu pendiri Mathla’ul Anwar, KH Mas Abdurrahman bin Jamal sebagai pahlawan nasional.
“Saya menilai KH Mas Abdurrahman layak mendapatkan penghargaan sebagai pahlawan nasional. Alasannya, selain sebagai ‘guru bangsa’, ulama Banten itu semasa hidupnya juga aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia,” kata Aat kepada wartawan di Jakarta, Senin (02/09/2019).
Ia mengemukakan, keterangan tersebut saat diminta komentar terkait rekomendasi Rakernas Mathla’ul Anwar 2019 yang di antaranya mengusulkan kepada pemerintah agar salah satu pendiri Mathla’ul Anwar, KH Mas Abdurrahman bin Jamal ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Rekomendasi lain yang bersifat eksternal dari Rakernas yang berlangsung di Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dari 31 Agustus-1 September 2019 itu adalah usulan agar Pemprov Banten merevisi Pergub tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan Sistem zonasi.
Selain itu rakernas dalam rekomendasi yang bersifat internal menekankan perlunya upaya untuk mengoptimalkan program kaderisasi dengan pengiriman pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah ke pusat Mathla’ul Anwar disertai nota kesepahaman yang antara lain berisi hak dan kewajiban daerah dan pusat.
Rekomendasi internal lainnya, di antaranya perlunya upaya pendataan ulang madrasah-madrasah Mathla’ul Anwar di seluruh wilayah Indonesia serta penyusunan database Mathla’ul Anwar.
Lebih lanjut Aat mengemukakan, KH Mas Abdurrahman yang pada perang kemerdekaan pernah ditembak oleh pasukan Belanda berperan besar dalam memajukan dunia pendidikan di Banten. Bahkan KH Mas Abdurrahman pula yang memberikan landasan bagi pengembangan pendidikan Mathla’ul Anwar.
KH Mas Abdurahman bersama rekannya KH E Mohammad Yasin dan KH Tb Mohammad Sholeh dibantu oleh sejumlah ulama dan tokoh masyarakat di daerah Menes mendirikan Mathla’ul Anwar pada 10 Ramadhan 1334 Hijriah atau 10 Juli 1916.
Mathla’ul Anwar didirikan berselang empat tahun setelah berdirinya Muhammadiyah serta sepuluh tahun lebih awal dibanding NU. Muhammadiyah dirikan pada 18 Nopember 1912 di Kauman Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan dan NU pada 31 Januari 1926 di Surabaya Jawa Timur oleh KH Hasyim Asy’ari.
Kini dalam usianya yang mencapai 103 tahun Mathla’ul Anwar telah memiliki pengurus wilayah di 30 provinsi, 63 perguruan, dan ribuan madrasah di seluruh Indonesia, bahkan telah memiliki perguruan tinggi, yakni Universitas Mathla’ul Anwar (UNMA). UNMA saat ini merupakan perguruan tinggi swasta terkemuka di Provinsi Banten.
Mengutip Sekretaris Steering Committee Rakernas Mathla’ul Anwar 2019, Mohammad Zen, Aat juga mengemukakan, langkah menuju pengusulan KH Mas Abdurrahman sebagai Pahlawan Nasional sedang dirintis, yaitu dengan meneliti sejarah dan perkembangan situasi di Menes pada awal berdirinya Mathla’ul Anwar.
“Dalam kaitan itu pula telah dilakukan seminar dan penerbitan buku terkait Mathla’ul Anwar, bekerjasama dengan Peneliti Sejarah dari UIN Sultan Maulana Hasanuddin Serang, Mufti Ali,” kata Penasihat FAI kelahiran Pandeglang yang juga Asesor Wartawan Utama pada Uji Kompetensi Wartawan PWI itu.
FAI adalah wadah inspiratif yang bertujuan mensinergikan potensi para akademisi seluruh Indonesia di manapun berada serta mewujudkan visi mencerdaskan anak bangsa menuju Indonesia berprestasi. Deklarasi pembentukan forum tersebut dilakukan pada 23 Mei 2015 di Kampus BSI.
Selain Aat, Penasihat FAI adalah Ichsanuddin Noorsy (Ekonom Senior); Abdullah Hehamahua (mantan penasihat KPK), dan Intan Syah Ichsan (Chief Operating and Marketing Officer PT Samuel Aset Manajemen), sedangkan ketuanya adalah Indra Cahya Uno (akademisi Universitas Indonesia).
Redaktur : A Supriadi
Sumber : Siaran Pers Forum Akademisi Indonesia