Generasi Muda Jangan Demam Sejarah

0
117

SEJARAH penting dipelajari setiap generasi. Namun, bukan sekadar untuk membuat terpukau pada kebesaran masa lalu sehingga justru menjadi penyakit “demam sejarah”.

Hal tersebut disampaikan Bambang Q Anees pada diskusi virtual buku Menjadi yang diselenggaran Laboratorium Banten Girang bekerjasama dengan Pengurus Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Provinsi Banten dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Banten, Senin, 15 Juni 2020.

Sebagai penulis buku Menjadi Banten, Bambang mengatakan, bahwa sejarah bukan berarti membuat genarasi saat ini hanya terpukau pada kejayaan masa lalu.

“Sejarah itu diciptakan, maka kita mesti memaknai ulang sejarah bagi kehidupan kita hari ini. Jangan sampai kita menderita demam sejarah,” ujar Bambang.

Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Jati Bandung asal tanara -serang ini memaparkan bahwa buku yang ditulisnya sebagai upaya memaknai peradaban Banten yang dibangun dari tradisi keilmuan. Misalnya, beberapa catatan yang menyebutkan tradisi belajar mengajar yang dilakukan para keluarga Kesultanan Banten dan Ulama-ulama Banten masa lalu.

Menurutnya, tradisi tersebut perlu terus dirawat dengan perkembangan zaman yang terus bergerak maju.

“Anak muda harus mau menuliskan sejarahnya sendiri. Berani merekonstruksi identitas Banten sehingga tidak hanya dibayang-bayangi kejayaan masa lalu saja,” cetusnya.

Bambang menyampaikan, bahwa tujuan penulisan buku ini setidak ada dua. Pertama menghadikan sejarah secara konteksutual sebagai pembentuk identitas masyarakat. Sejarah memiliki nilai yang bisa menjadi spirit dalam pembangunan, sehingga sejarah tidak menjadi hantu yang hanya jadi kebanggaan semu.

Kedua, menyampaiakn dua model manusia Banten yang bisa menjadi contoh yaitu, Syekh Nawawi Al Bantani dan Amongraga (tokoh dalam serat centini).

“Dari dua tokoh tersebut dapat dilihat gambaran peradaban banten masa lalu yg di topang oleh semangat keilmuan, kualitas diri dan karya,” ujarnya.

Nuansa literasi dalam membentuk masyarakat Banten tersebut sudah seharusnya menjadi spirit bagi kalangan muda banten hari. Sehingga tumbuh berkambang masyarakat yang tidak saja membanggakan masa lalunya. Akan tetapi, juga melajutkan apa yang sudah dibuat leluhurnya. Selain itu, menunjukan dirinya dengan karya yang bermanfaat bagi masyarakat Banten sesuai dengan bidangnnya masing-masing.

Kegiatan ini merupakan upaya dari DPK Provinsi Banten untuk mengisi kegiatan yang berbasis literasi di tengah pendemi.

“Melalui kegiatan ini diharapkan kegiatan-kegiatan pengayaan kualitas sumberdaya manusia di Banten tetap dapat dilaksanakan,” kata seorang “oknum” yg tidak mau di sebutkan namanya.

Diskusi dipandu oleh Niduparas Erlang dan diikuti oleh sekitar 21 orang peserta. Setelah Bambang memaparkan buku tersebut, forum dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang berjalan sekira dua jam.

Redaktur : D. Sudrajat
Reporter : Fauzi