Harga Kedelai Impor Naik, Pengrajin Tempe di Pandeglang Terancam Gulung Tikar

0
32

PARA pengrajin tempe di Kabupaten Pandeglang mulai menjerit akibat dampak perang dagang imbas kebijakan tarif impor dari Amerika Serikat (AS). Harga kedelai impor yang menjadi bahan baku utama tempe melonjak tajam dalam beberapa pekan terakhir.

Dari sebelumnya Rp9.800 per kilogram, harga kedelai kini menembus angka Rp12.000 per kilogram. Kenaikan ini membuat para pengrajin tempe kelimpungan.

Para produsen tempe mengaku kesulitan menaikkan harga jual karena khawatir kehilangan pembeli. Strategi satu-satunya agar tetap bertahan adalah dengan mengecilkan ukuran tempe yang dijual.

Sejak beberapa hari terakhir, keluhan soal mahalnya kedelai impor mulai ramai di kalangan pengrajin tempe.

Salah satu pengrajin tempe di Pandeglang, Yadi mengatakan dirinya mengeluhkan kenaikan harga kedelai impor berdampak langsung pada para pengrajin tempe di Pandeglang.

Menurut Yadi, ia mengaku harus memutar otak agar usahanya tetap bertahan, salah satunya dengan mengecilkan ukuran tempe.

“Kalau harga kedelai sekarang itu benar-benar naik, yang tadinya Rp9 ribu sekarang jadi Rp.12 ribuan per kilogram. Otomatis imbasnya besar buat kami. Nggak bisa naikin harga karena daya beli masyarakat masih rendah,” ungkapnya, Minggu (20/05/2025).

Yadi menjelaskan, bahwa kenaikan harga kedelai mulai terjadi setelah muncul kabar soal kebijakan tarif impor dari Amerika Serikat (AS).

“Naiknya itu semenjak ada gonjang-ganjing soal penetapan tarif impor dari Amerika Serikat. Nah, seminggu setelah itu mulai terasa harga kedelai naik,” jelasnya.

Yadi mengatakan, langkah mengecilkan ukuran tempe terpaksa diambil karena tidak ada pilihan lain. Menurutnya, kondisi ini bisa makin parah jika harga kedelai terus naik.

“Kalau harga kedelai tembus Rp.15 ribu, bukan nggak mungkin banyak pengrajin tahu dan tempe yang gulung tikar,” ucapnya.

Ia juga mengaku kesulitan menyesuaikan pengeluaran karena harus tetap menggaji karyawan di tengah mahalnya bahan baku.

“Kalau bahan baku semahal ini, kita jadi minim buat bayar gaji karyawan. Kami minta pemerintah pusat dan daerah jangan tinggal diam. Tolong kami, pengrajin tahu dan tempe, jangan sampai kami tutup usaha karena nggak ada respons,” jelasnya.

Yadi berharap kenaikan bahan baku kedelai tersebut bisa dapat segera turun kembali seperti biasanya, sehingga dalam produksi tak merasa terbebani baginya.

“Mudah-mudahan bisa segera turun normal lagi harga kedelai, harapan saya harga stabil biar harga pasar bisa terjangkau dan tempe bisa normal lagi,” tutupnya.

Redaktur : Fauzi