Oleh: Wulan Mayasari, dr., MH.Kes., AIFO-K. (wulan.mayasari@unpad.ac.id.
ANAK-ANAK adalah harapan para orang tua. Tidak hanya orang tua, anak-anak merupakan harapan dari seluruh bangsa dan negara, termasuk Indonesia. Masih dalam rangka Hari Anak Nasional, serta menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia ke 79, tentulah harapan atas kondisi bangsa yang generasinya jauh lebih baik dari generasi sebelumnya selalu dijunjung tinggi.
Kondisi demografi menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2023 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, piramida penduduk Indonesia berbentuk kerucut, memiliki alas lebar, serta meruncing pada puncaknya. Ini menunjukan bahwa Indonesia memiliki struktur penduduk muda, yaitu usia muda (0-14 tahun) menempati jumlah terbanyak dibanding usia di atasnya. Struktur penduduk muda memaksa kita untuk lebih berkonsentrasi lagi terhadap anak-anak, terkait keselamatan, kesehatan, juga kesejahteraannya.
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyatakan bahwa penyebab utama kematian pada anak berusia di atas 5 tahun adalah cedera yang tidak sengaja. Tercatat sekitar 18.000 kematian anak berusia di bawah 15 tahun akibat cedera. Tidak hanya menyebabkan kematian, cedera juga dapat menyebabkan kecacatan dan penurunan fungsi pada organ yang terlibat di kemudian hari. Cedera menjadi sesuatu yang lebih berbahaya pada anak dibandingkan orang dewasa dikarenakan anak masih dalam fase pertumbuhan.
Fakta mengejutkan ternyata kecelakaan lalu lintas menjadi kontributor utama dalam 18.000 kematian anak akibat cedera tahunan di dunia, disusul dengan tenggelam, dan kematian yang berhubungan dengan kebakaran.
Sejalan dengan hal tersebut, tenggelam juga disebutkan sebagai salah satu penyebab kematian anak oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2023, namun jumlah kematian selain karena infeksi masih harus diteliti lebih lanjut.
Kejadian cedera di negara-negara Eropa tidaklah merata. Anak-anak yang hidup dengan keadaan sosioekonomi rendah memiliki risiko lebih besar dibanding dengan anak-anak yang berada pada keadaan sosioekonomi yang lebih baik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh lingkungan yang tidak aman, misalnya paparan lalu lintas, tempat bermain yang kurang aman, dan kondisi infrastruktur tempat mereka tinggal yang tidak sesuai untuk keamanan anak-anak.
Cedera sering terjadi pada anak disebabkan karena anak sedang mengalami perkembangan. Dalam perjalanan perkembangannya, anak memiliki keingintahuan yang tinggi, baik terhadap benda, rasa, atau suatu proses, namun belum memiliki kecakapan dalam menghindari bahaya. Cedera sejatinya dapat dicegah, dan pencegahan ini sangat berpotensi untuk menghindari adanya kecacatan bahkan kematian.
WHO dan negara-negara di Eropa sangat mendukung upaya pencegahan cedera dengan memastikan lingkungan fisik dan sosial tempat anak-anak tinggal, bermain, dan belajar dalam kondisi yang aman. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak, menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Oleh karena itu, diperlukan upaya kesehatan anak melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang menyeluruh. Upaya kesehatan anak ini dimulai sejak anak masih dalam kandungan sampai usia 18 tahun. Salah satu tujuan dari upaya kesehatan anak ini adalah untuk menjaga kelangsungan hidup anak beserta kualitasnya, dan mengurangi angka kematian anak.
Sebaik-baiknya negara dalam melindungi anak dari cedera, tentu lebih baik lagi jika orang terdekat anak-anak memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi dalam upaya pencegahan cedera.
Penelitian yang dilakukan oleh Grat dkk Tahun 2022 dengan Judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Risiko Cedera dengan Pencegahan Cedera Berulang Pada Anak Usia Toddler” memperlihatkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang cedera dengan pencegahan cedera berulang.
Semakin baik pengetahuan ibu terhadap cedera maka semakin baik pula pencegahan dan penanggulangan cedera pada anak.
Hal ini tentu dapat membuat anak terhindar dari risiko akibat cedera seperti pengurangan fungsi organ di kemudian hari, kecacatan, dan kematian pada anak. Penelitian ini juga memiliki hasil sejalan dengan penelitian yang serupa lainnya. Pengetahuan dan perilaku orang dewasa dalam tertib berlalu lintas tentu saja akan mendukung terhindarnya kejadian cedera pada anak.
Keputusan orang tua untuk memakaikan helm pada anak yang diantar menggunakan sepeda motor tentu saja mengurangi risiko yang lebih berat akibat cedera kepala yang mungkin terjadi. Pengawasan orang dewasa terhadap anak yang sedang berada di pinggir jalan, sedang menyebrang jalan, sedang bermain, sedang berenang, sedang belajar, sedang makan, bahkan sedang tidur sangat memungkinkan untuk menghindari terjadinya cedera pada anak.
Selain pengetahuan tentang pencegahan cedera, pengetahuan tentang identifikasi jenis cedera serta penanggulangan yang tepat dari orang terdekat tidak kalah pentingnya. Penanganan cedera ringan yang tepat dapat membuat kualitas hidup anak di kemudian hari menjadi lebih baik, begitupun keputusan cepat untuk membawa anak yang mengalami cedera lebih berat ke fasilitas kesehatan tidak kalah pentingnya.
*Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran