ASN di Kabupaten Lebak mengeluh lantaran gaji yang biasanya mereka terima tepat waktu, kini harus telat. Para ASN menduga telatnya gaji itu disebabkan adanya kebijakan perpindahan Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) Pemkab Lebak dari Bank bjb ke Bank Banten.

“Sudah gaji tinggal sisa sedikit, eh malah pindah bank, dan banknya belum siap, akhirnya begini,” ujar salah seorang ASN di lingkungan Pemkab Lebak yang namanya minta dirahasiakan kepada wartawan pada Jumat, 2 Agustus 2024.

ASN tadi mengaku, telatnya gaji jelas berpengaruh pada ekonomi keluarganya. Sayangya lagi kata dia, tidak ada pemberitahuan dari pihak berwenang terkait telatnya pencairan gaji untuk ASN.

“Pusing dan bingung, saya harus cari dana talangan untuk menutupi biaya hidup. Kami tidak tahu kapan ada kepastian pencairan gaji kami,” keluhnya.

Sementara sumber di Bank Banten Kantor Cabang Rangkasbitung menjelaskan, ASN di Kabupaten Lebak yang gajinya telat itu karena tidak mempunyai rekening Bank Banten. Prosesnya, gaji untuk ASN itu ditranfer ke rekening bank milik ASN itu.

“Transfer ke bank lain selain ke Bank Banten memang membutuhkan waktu, karena kliring. ASN yang punya rekening Bank Banten sih semua sudah menerima gaji,” jelas pegawai yang namanya enggan ditulis itu.

Sebelumnya diberitakan, tepat pada ulang tahun yang kedelapan tahun ini, Bank Banten memang mendapat kritikan yang cukup banyak. Kritikan itu disampaikan aktivis, akademisi dan juga nasabah, terutama tentang minimnya fasilitas pelayanan yang dimiliki bank pemegang RKUD Pemprov dan sejumlah Pemkab dan Pemkot di Banten tu.

Aktivis 98 dari Satya Peduli Banten, Herdito menilai, Perseroda Banten itu belum maksimal dalam memberikan layanan kepada nasabahnya saat ini. Terbukti dari belum dimilikinya fasilitas mobile banking dan penyaluran kredit berupa kartu.

“Bank Banten jangan berpuas diri, harga sahamnya belum beranjak dari Rp23, separuh dari Rp50 per lembar saja belum mampu. Adapun laba Rp26 miliar yang digaungkan sebagai prestasi, belum mampu menutup beban operasional,” ungkap Herdito belum lama ini.

Sementara akademisi Untirta Banten, Iman Abu Hanifah menilai, kekurangan fasilitas layanan Bank Banten menjadi kendala mereka dalam menyerap Dana Pihak Ketiga (DPK).

“Mungkin karena Bank Banten fokus dengan pemindahan RKUD. Alasannya tentu pemasukan dari pinjaman ASN ini bagus juga. Tapi bukan berarti DPK tidak penting. Pelayanannya yang harus ditingkatkan, mulai dari penyaluran kredit di masyarakat, promosi secara terus menerus, dan fasilitas layanan pendukungnya diperbaiki,” ujarnya.

Sejumlah nasabah Bank Banten yang melakukan transaksi di ATM milik Bank Banten juga mengeluhkan kotornya ATM. Menurut mereka kondisi itu berbanding terbaik dengan mesin ATM bank lain. “Mesinnya kotor. Debunya tebal sekali kayak nggak pernah dibersihin dan tidak higienis,” kata seorang nasabah di wilayah Taktakan, Kota Serang belum lama ini.

Redaktur: Fauzi

Reporter: Dije