Kisah Pilu Warga Pandeglang Ditandu Kembali Terjadi

0
102

AKIBAT Jalan rusak, kisah pilu kembali menimpa warga Pandeglang, yang harus ditandu lantaran sakit. Pria tua bernama Slamet Riyadi asal Kampung Cimandahan, Kecamatan Sobang terpaksa harus ditandu sejauh dua kilometer menuju puskesmas lantaran akses jalan di sana belum tersentuh pembangunan.

Peristiwa pilu ini terjadi pada Selasa (22/6/2021). Tadinya, Slamet yang sudah tiga hari terkulai lemas di rumahnya, harus dibawa ke puskesmas karena sakit akibat kelelahan. Dokter menyarankan ia dibawa karena khawatir kondisi Slamet bertambah parah.

“Kalau kata dokter, Pak Slamet itu kurang darah. Katanya harus cepet dibawa ke puskesmas supaya bisa dikasih obat,” kata Umri (40) warga setempat saat berbincang melalui sambungan telepon di Pandeglang, Banten, Kamis (24/6/2021).

Saat hendak dibawa, kondisi jalan di sana sudah sudah menjadi kubangan lumpur dan sulit dilalui kendaraan roda dua. Warga pun tak tega membiarkan Slamet yang berusia sekira 60 tahunan itu jalan sendiri menuju puskesmas terdekat. Hingga akhirnya, warga berinisiatif untuk menandu Slamet supaya bisa melalui jalur penuh kubangan lumpur itu agar tiba di jalan yang bisa dilalui kendaraan.

“Jangankan pakai motor, kami aja yang sehat kalau lewat jalan itu harus hati-hati. Ledok (penuh lumpur) kang, kan enggak mungkin kami biarin Pak Slamet jalan sendirian, nanti khawatir ada apa-apa. Makanya, waktu itu kami tandu supaya bisa bisa lewat jalan itu. Itu jaraknya dua kiloan sampe ke ujung cor,” ungkapnya.

Meskipun penuh dengan kubangan lumpur, misi menandu Slamet hingga ke jalan yang bisa dilalui kendaraan untungnya tak menemui kendala apapun. Setibanya di ujung jalan yang sudah dicor, Slamet lalu dibawa menggunakan motor oleh warga ke puskesmas.

Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, Slamet akhirnya diberi resep obat oleh dokter di puskesmas untuk memulihkan kondisinya. Dia akhirnya diizinkan pulang kembali ke rumahnya pada hari itu. Namun, perjalanan menuju pulang ke rumah ternyata harus dilakukan dengan cara serupa, yaitu menandu Slamet hingga melewati jalanan yang penuh kubangan lumpur tersebut.

“Ya kang, baliknya juga gitu lagi (ditandu),” singkat Umri.

Warga pun berharap ada perhatian dari pemerintah setempat supaya akses jalan di sana bisa segera dibangun. Pasalnya, ada dua kampung yang bertumpu kepada jalan tersebut dan sering digunakan warga untuk mobilitas mengangkut hasil pertanian.

“Minimal ada pengerasan, ini mah selama saya tinggal di sini puluhan tahun, (pengerasan jalan) itu enggak pernah ada kang. Akhirnya kan kalau ada yang sakit kayak gini harus digotong. Belum kalau anak-anak sekolah, pasti itu pas pulang ke rumah pada kotor-kotor bajunya kalau udah masuk musim hujan,” tandasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Camat Sobang M. Sukendar menyatakan jalan tersebut berstatus milik Desa Sobang. Ia mengaku, jalan itu sebetulnya sudah diajukan untuk pengecoran pada tahun lalu. Namun karena pandemi, rencana tersebut gagal lantaran alokasi dananya direfokusing untuk penanganan COVID-19.

“Itu status jalannya milik desa. Dulu sebetulnya pas tahun 2016 sudah ada pengerasan dan mau dibangun, tapi sehubungan pandemi program-program untuk pembangunan fisik jalan akhirnya dialihkan ke bantuan sosial,” katanya.

Sukendar mengaku sudah melaporkan kondisi jalan itu ke pemerintah daerah supaya segera diperbaiki. Pemda pun sudah merespons laporan tersebut dan sepakat supaya tahun depan bisa ada alokasi anggaran untuk pembangunan jalan di sana.

“Sudah kami laporkan, bahkan sudah ada yang ngecek langsung dari pemda ke sana. Sebetulnya, jalan itu masih bisa dilewati sama warga dibandingkan jalan di desa lain. Tapi, mudah-mudahan tahun depan ada kepastian biar jalannya juga segera dibangun,” pungkasnya.

Redaktur : D. Sudrajat
Reporter : Agus