TAMAN Nasional Ujung Kulon (TNUK) menggelar workshop Pendekatan Pengkajian Perikehidupan Berkelanjutan Dalam Perencanaan Pembangungan Desa-desa Kawasan Penyangga TNUK di Hotel S Rizki, Pandeglang, Rabu (09/05/2018) pagi.
Asisten II Setda Pandeglang, Agus Priyadi mewakili Bupati Pandeglang saat membuka acara mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan.
Kata dia, manusia tidak hanya harus menjaga hubungan dengan Tuhan dan sesama, tetapi juga dengan alam.
“Ada habluminallah, habluminannas dan habluminalam. Dan hubungan itu harus seimbang,” tukas Agus.
Dirinya meyakini, para pecinta alam tidak akan merusak alam. Karena alam harus dijaga kelestariannya.
“Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, workshop Perencanaan Pembangunan Desa-Desa Kawasan Penyangga TNUK melalui pendekatan Sustainable Livehood Assesmenat (SLA) resmi dibuka,” kata Agus seraya mengetuk microphone.
SLA ini merupakan pendekatan yang dipilih oleh WWF Ujung Kulon untuk melakukan pemberdayaan masyarakat yang ada di desa-desa kawasan penyangga TNUK.
Sementara, Kepala Balai TNUK, Mamat Rahmat mengatakan, kaitan dengan pengelolaan kawasan TNUK, pihaknya yang concern pada upaya pemberdayaan masyarakat di kawasan penyangga juga menyambut baik pendekatan SLA yang dilakukan.
“Kami pikir ini adalah sebuah pendekatan yang sangat positif karena masyarakat didorong untuk mampu melihat kembali potensi dan masalah desa dengan menggunakan perspektif yang lebih ekologis. Dan acara seperti ini juga sangat baik karena pada dasarnya pembangunan desa secara berkelanjutan di kawasan penyangga harusnya menjadi tanggungjawab bukan hanya Balai TNUK, tetapi semua pihak yang berkepentingan,” urainya.
Project Leader WWF Ujung Kulon, Kurnia Khairani menjelaskan, SLA merupakan sebuah alat yang digunakan oleh masyarakat untuk melakukan penggalian terhadap akar masalah dan potensi yang ada di desanya. Dengan begitu bisa menjadi dasar membuat rencana pembangunan desa berkelanjutan.
Dikatakannya, kajian SLA akan menghasilkan data kajian desa dan rencana aksi masyarakat yang bisa digunakan.
Hasil kajian tidak hanya bisa digunakan oleh masyarakat tetapi juga oleh pemerintah dan pihak lain yang mendukung upaya pembangunan yang lestari di desa.
“Dengan pendekatan SLA, masyarakat didorong untuk bisa membaca potensi dan masalah desa secara kritis dan mencari solusi tepat untuk menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan potensi tersebut. Solusi tersebut dirangkai dalam bentuk rencana aksi masyarakat yang tentu saja membutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk implementasinya,” beber Kurnia.
Acara ini diikuti diikuti oleh puluhan masyarakat di enam desa di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu yang merupakan penyangga kawasan TNUK.
Keenam desa itu adalah Desa Rancapinang, Desa Cibadak, Desa Kramat Jaya yang masuk Kecamatan Cimanggu. Kemudian Desa Kertajaya, Desa Tamanjaya, dan Desa Ujungjaya yang masuk wilayah admimistatif Kecamatan Sumur.
Pada kesempatan ini, masyarakat memaparkan Rencana Aksi Masyarakat (RAM) yang telah berhasil disusun oleh masyarakat secara partisipatif dengan menggunakan pendekatan SLA.
Melalui pendekatan SLA juga, masyarakat didorong untuk mampu mempromosikan rencana aksi agar mendapatkan dukungan para pihak, utamanya pemerintah.
Promosi tersebut dalam kerangka mendorong upaya implementasi rencana aksi masyarakat dengan memaksimalkan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, privat sector serta pihak lainnya.
“Kami hari ini berkumpul untuk sosialisasi kepada beberapa pihak terkait bahwa kami telah memiliki rencana aksi yang disusun sendiri oleh kami. Harapannya, rencana aksi kami ini bisa didukung oleh pemerintah dan pihak lain yang hadir dalam kegiatan ini sesuai dengan peran masing-masing,” kata Kepala Desa Rancapinang, Encun di sesi acara.
Redaktur : Dendi
Reporter : Ari