Menemukan Kembali Masa Keemasan Banten (Edisi 2)

0
245

Menemukan Kembali Masa Keemasan Banten (Edisi 2)

Tapak awal perdagangan

Kota Banten Girang merupakan sebuah kerajaan yang raja, kerabat dan penduduknya masih menganut agama Hindu. Berada di bawah perintah seorang raja bergelar Prabu Pucuk Umun, Banten Girang terletak di Desa Sempu, Kota Serang sekarang. Penggalian arkeologi yang dilakukan antara tahun 1988 dan 1992 telah menemukan berbagai bukti material adanya aktivitas ibukota yang dilindungi oleh benteng pertahanan di tepi Cibanten.

Di dalam kota Banten Girang telah ditemukan berbagai jejak peradaban kota, yang antara lain berupa manik-manik, perkakas besi, perhiasan emas, mata uang logam Cina dan sejumlah besar pecahan gerabah dan wadah keramik yang berasal dari periode Dinasti T’ang (abad IX), Dinasti Song dan Yuan (abad XII dan XIV), serta sejumlah pecahan keramik dari Dinasti Ming (abad XIV-XVI).

Penemuan benda-benda arkeologi itu menunjukkan, betapa pun kecilnya dibandingkan dengan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, namun negeri Banten sejak abad X sampai awal abad XVI Masehi telah memainkan peran sebagai kota besar di hulu Cibanten, yang masyarakatnya hidup dari pertanian beririgasi. Tetapi, yang patut dicatat dari periode ini, Kerajaan Banten Girang juga dapat tumbuh dan berkembang berkat perkebunan lada (merica) dan rempah-rempah lain yang diperdagangkan melalui pelabuhan di muara sungai Cibanten.

Berdasarkan sumber-sumber sejarah dan arkeologi itu tampaklah bahwa jauh sebelum berdirinya Kesultanan Bantan pada awal abad XVI, daerah Banten telah dikenal sebagai salah satu produsen lada dan beras serta bahan pangan lain di Asia Tenggara. Kedua komoditas utama itu ternyata telah diekspor ke negeri-negeri seberang lautan sejauh Cina di utara dan India di belahan barat benua Asia. Maka tidak heran apabila sedini awal abad XVI, para pedagang Portugis telah berkunjung ke Banten, jauh sebelum kedatangan para pedagang Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.

Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa tanda-tanda kemajuan perdagangan di wilayah Banten telah dirintis oleh kinerja politik ekonomi Banten Girang. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa prestasi Banten Girang dalam sejarah ekonomi telah memberikan bukti positif bahwa sejak abad X, para pelaku ekonomi baik di daerah hulu maupun hilir telah memainkan peran penting dalam merintis kemajuan wilayah pada jaringan maritim regional Laut Jawa, Selat Sunda dan Selat Malaka.

Berkat kemajuan yang dicapainya, para pedagang Portugis berhasrat kuat menjalin hubungan perniagaan dengan Banten. Bahkan, tercatat pula, hubungan itu semakin nyata dengan diadakannya kerjasama bilateral yang ditandai dengan penandatanganan sebuah perjanjian. Salah satu butir perjanjian itu adalah disetujuinya pembangunan kantor dagang Portugis sebagaimana diabadikan dalam bentuk padrao (batu bertulis). Namun ketika utusan penguasa Portugis tiba kembali, telah terjadi suksesi pemerintahan, dari penguasa Banten Girang ke penguasa muslim, yang kemudian memindahkan ibukota ke muara Cibanten. Sejak itu, Banten Girang sudah kehilangan fungsinya sebagai pusat pemerintahan lama.

Ditulis oleh : Moh Ali Fadillah

Baca Juga : Mengenang Kembali Masa Keemasan Banten (Edisi 1)