RATUSAN petani Kecamatan Sindangresmi Kabupaten Pandeglang Banten menggelar mimbar bebas di depan gedung Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Sindangresmi, Kamis (3/9/2020).

Kedatangan ratusan pahlawan pangan tersebut untuk mempertanyakan program bantuan alat dan program lainnya yang tidak jelas ke petani.

Koordinator Aksi, Rizal mengatakan, Kecamatan Sindangresmi dalam klaim pemerintah daerah dan provinsi merupakan salah satu lumbung padi dan lumbung jagung. Namun fakta di lapangan, tidak ada lumbung jagung ataupun lumbung padi.

“Itu semua hanya klaim oknum agar program pemerintah pusat turun,” kata Rizal dalam orasinya.

Selain itu, kata Rizal, banyak program pemerintah seperti bantuan alat-alat pertanian, benih, pupuk, dan festisida/insektisida serta program lainnya. Namun hingga saat ini, program-program tersebut tidak sampai ke tangan petani Sindangresmi.

“Diduga ini menjadi permainan oknum di dinas dengan beberapa elit petani. Kami minta pihak terkait untuk mengusut mafia benih, pupuk dan lainnya di Kecamatan Sindangresmi,” lanjutnya.

Senada dikatakan peserta aksi lainnya, Sadin. Ia meminta pemerintah tanggap terhadap aksi yang dilakukan petani. “Dalam pengadaan benih, realisasi program selalu dilaksanakan pada saat musim ngoyos (perawatan) atau pasca tandur (tanam). Alhasil benih bantuan pun tak bisa ditanam. Secara kuantitas, bantuan benih yang sampai ke petani, pun tak lebih dari 50% dari total yang seharusnya diterima. Hal itu terjadi karena adanya pemotongan oleh elite tani,” paparnya.

Sadin menambahkan, gurita kekuasaan elite tani pun sudah sampai pada penguasaan stempel atau cap kelompok dan juga buku rekening kelompok. Melihat dominasi elite tani yang begitu menggurita, maka tak salah jika muncul sikap pesimisme terhadap nasib petani di Sindangresmi.

“Maka kami berharap adili seluruh mafia yang ada di tubuh BPP dan GAPOKTAN Kecamatan Sindangresmi,” kata Sadin.

Hingga berita ini dipublikasikan, belum ada tanggapan dari BPP Kecamatan Sindangresmi.

Redaktur: Dendi S

Reporter: Fauzi