PEMBUKAAN Saba Budaya Banten di Amphitheater Guriang yang digelar Yayasan Guriang Tujuh Indonesia berlangsung sangat meriah, Jumat (29/03/2024). Para pengunjung tidak hanya datang dari masyarakat sekitar Kampung Alun-alun Warunggunung, namun juga dari Pandeglang, Serang, Cilegon, Tangerang hingga Jakarta.
Area seluas 1000 meter persegi tersebut dipenuhi oleh pengunjung. Suasana keriuhan tersebut sudah terasa sejak dari luar. Pemuda sekitar membantu memarkirkan kendaraan roda dua dan roda empat pengunjung yang beberapa titik pintu masuk ke Guriang. Warga kampung, pejabat, seniman, pelajar dan mahasiswa berbaur tanpa sekat.
Acara Seba Budaya Banten tersebut berlangsung dengan meriah karena melibatkan banyak sanggar untuk pentas di panggung yang terletak di sebelah timur depan pintu masuk. Beberapa sanggar yang memeriahkan acara tersebut diantaranya adalah Sanggar Lebak Membara dengan lagu-lagu etniknya, pementasan angklung buhun dari warga Baduy Luar, Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Rangkasbitung, hingga grup musik Reggae Momonon.
Selain itu, masyarakat lokal juga turut meramaikan dengan pementasan kasidah, teater anak-anak, serta menyanyi dari siswa berkebutuhan khusus.
Direktur Yayasan Guriang Tujuh Indonesia, Abdu Majid, mengcapkan terimakasih kepada Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi (Kemenristek), LPDP dan Indonesiana yang sudah mendukung terselenggaranya acara tersebut.
Majid memaparkan, Seba Budaya Banten merupakan rangkaian cara pendayagunaan ruang publik yang akan dilaksanakan satu tahun penuh di Guriang. “Hari ini adalah pembukaan acara tersebut. Saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh tamu yang hadir, baik dari unsur pemerintah, seniman, budayawan, mahasiswa serta masyarakat Kampung Alun-alun,” kata Majid.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Lebak Imam Rismahayadin mengambut baik dengan digelarnya Seba Budaya Banten di Guriang. Hal itu, kata Imam, sejalan dengan visi misi Pemerintah Kabupaten Lebak untuk menjadikan Lebak Unique.
“Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kabupaten Lebak siap untuk bersinergi untuk pemajuan kebudayaan di Kabupaten Lebak. Termasuk dalam pembuatan regulasi-regulasi tentang kebudayaan,” ujarnya.
Senada diungkapkan Rohendi, Kabid Pengembangan SDM dan Ekonomi Kreatif pada Dinas Pariwisata Provinsi Banten. Ia menilai, apa yang dilakukan oleh Yayasan Guriang Tujuh Indonesia adalah sudah sesuai dengan konsep apa itu pemanfaatan ruang publik.
“Bahwa kebudayaan itu milik semua orang. Apa yang dilakukan Majid di Guriang sudah sesuai bagaimana pemanfaatan ruang publik untuk kebudayaan. Dari mulai pemerintah hingga msayarakat sekitar bisa berdialog dan memanfaatkan Guriang untuk berkegiatan,” kata Pimpinan Sanggar Seni Ciwasiat Pandeglang tersebut.
Acara tak berhenti sampai pebukaan saja. Selepas Ashar, panggung kemudian diisi dengan diskusi Budaya dengan Kadisbudpar Lebak, Imam Rismahayadin, Sejarawan Dadan Sujana serta Bambang Prihadi, Aktivis Jejaring Kebudayaan Banten – Jakarta. Acara yang dimoderatori Nedi Suryadi dari Sandekala Institute berlangsung dengan semarak hingga waktu berbuka kemudian dilanjutkan kembali hingga malam harinya. ***