Pandeglang Puncaki Kasus Penyakit Tidak Menular di Banten

0
306

KABUPATEN Pandeglang menduduki rangking pertama di Provinsi Banten terkait penyakit tidak menular (PTM) dan di bawahnya terdapat Kabupaten Lebak.

Kepala Seksi Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Heni Hendrawati mengatakan, kesadaran masyarakat di kota lebih tinggi dalam memeriksakan kesehatan.

Penyakit hipertensi Kabupaten Pandeglang yang tinggi dan hampir semua masyarakat mengalaminya. Karena hipertensi menjadi faktor resiko penyakit tidak menular, semua kembali dari pola hidup masyarakat. Karena untuk saat ini terjadi transisi idiologi dan transisi perilaku.

“Banyak masyarakat yang masih tidak berperilaku hidup sehat, sehingga merubah perilaku. Itu tantangan buat kami pemegang program PTM untuk menekan terjadinya penyakit tidak menular di masyarakat,” ujar Heni saat menghadiri acara bimbingan teknis pengelolaan Program TPM di salah satu hotel di Kabupaten Pandeglang, Rabu (31/07/2019).

PTM merupakan penyebab kematian teringgi se-Indonesia dan dunia. Namun justru PTM tidak menjadi program prioritas.

Capaian PTM bukan hanya di Pandeglang, tetapi kabupaten/kota se-Banten juga masih ada yang rendah dan ada yang capaiannya sudah mencapai target.

“Kita juga kekurangan dari sarana prasarana. SDM kita juga masih banyak yang belum dilatih PTM, masih belum banyak padahal itu tadi capaian PTM masih rendah,” katanya.

Upaya pencegahan PTM, pihaknya sudah melakukan deteksi dini atau melakukan scrining kepada masyarakat di desa yakni pengecekan tensi darah, berat badan, lingkar perut, kemudian cek gula, kolesterol dan lainnya.
Tujuannya agar target SPM yang sudah ditetapkan bisa tercapai. Tetapi masyarakat sulit untuk ikut program PTM dan menjadi tantangan bagi para petugas di lapangan.

“Usia 15-59 itu 100 persen harus kami scrining, tadi harus cek kesehatan. PTM tadi yang kami cek berat badan, tensi, tinggi, dan lain-lain. Permasalahan sebetulnya tidak ada, cuma memang permasalahan yang mendasar itu kurangnya SDM. Kadang teman-teman di puskesmas tidak hanya satu program, kadang dobel program, akhirnya itu yang manjadi kendala dalam pencapaian program,” pungkasnya.

Periode Januari-Juni 2019, kata dia penanganan target PTM sudah mencapai 54 persen. Masih ada 30-40 persen, karena minimal capaian 80 persen. Tetap 80 persen masyarakat susah mendapat pelayanan 100 persen berdasarkan Standar Pelayamam Minimal (SPM).

Kasi PTM dan Kesehatan Jiwa Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Pandeglang, Samsudin mengatakan, kendala disebabkan kurangnya kerjasama dari lintas program dan lintas sektor, sehingga capaian PTM tidak maksimal.

Diharapkan dalam pertemuan ini petugas PTM bisa berkoordinasi lagi dengan lintas program dan lintas sekitarnya, sehingga capaian PTM bisa meningkatkan.
Menurutnya, PTM sangat menyedot biaya BPJS. Hanya dari 0,1 persen PTM sudah menyedot biaya defisit sampai Rp 74 triliun untuk mengobati pasien PTM.

”Kita itu melakukan scrining PTM kepada seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Pandeglang melalui Penjabat program PTM. Scrining itu bukan pengobatan tetapi menjaring faktor resiko. Semua kita lakukan pemeriksaan asam urat, darah tinggi, lingkar perut, gula darah, yang belum terdeteksi itu minimal dipertahankan, yang sudah terdeteksi minimal faktor resikonya tidak muncul,” pungkasnya.

Redaktur : A Supriadi
Reporter : Andre Sopian