PANDEMI Covid-19 tidak hanya berdampak pada ancaman kesehatan, tapi juga berdampak pada menurunnya kondisi sosial ekonomi masyarakat. Salah satunya terlihat adalah menurunnya daya beli masyarakat.
Kondisi ekonomi yang sulit saat ini diungkapkan Maman (54) pedagang musiman yang menjual buah timun suri setiap Ramadan saat ditemui media di lapaknya di pinggir Jalan Raya AMD Lintas Timur, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Selasa (28/04/2020).
“Bulan puasa tahun ini, penjualan sangat menurun. Rata-rata perhari paling laku 7 sampai 15 buah timun suri,” ujar Maman.
Kata Maman, pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, penjualan timun suri sangat bagus dan bisa dijadikan harapan untuk mengumpulkan uang mencukupi kebutuhan lebaran nanti. Menurutnya, dibanding tahun ini, perbedaannya sangat jauh dan penghasilannya merosot tajam, biasanya pada bulan Ramadhan timun suri miliknya dalam sehari sebanyak 200 buah yang terjual.
“Hari ini, dapat uang buat makan sehari-hari saja sudah bersyukur. Harganya masih standar Rp 5000 untuk ukuran kecil dan Rp 15000 untuk ukuran besar,” terangnya.
Hal serupa juga dikatakan Sarah (34) pedagang nasi di wilayah Kecamatan Pandeglang. Dituturkan Sarah, sudah satu bulan lalu dirinya terpaksa memulangkan dua orang anak buahnya ke kampung halaman di Jawa Timur. Hal itu dilakukan, karena usahanya mulai sepi pembeli pascapandemi corona.
“Hampir 70 persen penurunan omzet pendapatan saya. Padahal di sini saya harus kontrak rumah dan kontrak tempat usaha,” pungkasnya.
Kata Sarah, dalam sehari Ia bisa mengantongi Rp 400.000, akan tetapi dalam kondisi pandemi corona sekarang Ia hanya mendapat pengahasilan Rp 150.000 per hari. Ia berharap kondisi seperti saat ini dapat kembali seperti biasanya, agar perekonomiannya dapat normal dan pegawainya dapat kembali bekerja.
“Kasihan pegawai saya mau lebaran malah kondisinya seperti ini. Saya harap keadaan bisa kembali seperti semula,” pungkasnya.
Redaktur : A Supriadi
Reporter : Andre Sopian