Tanggulangi Bencana di Lebak, RAPI dan Tagana Intens Bangun Komunikasi

0
286

SEJUMLAH peristiwa bencana alam dan kedaruratan yang terjadi di Lebak selatan belakangan semakin menuntut kualitas mitigasi yang baik. Belajar dari peristiwa tersebut, di mana terdapat titik-titik terdampak bencana yang terlambat memperoleh bantuan, diperlukan penanganan di bidang informasi bencana dan kedaruratan.

Tokoh Muda dari Kasepuhan Bayah, Anis Faisal Reza menyatakan, secara umum di wilayah Lebak selatan memiliki potensi bencana alam, mulai dari gempa, longsor, angin puting beliung, rob hingga tsunami. Kondisi itu belum lagi potensi konflik sosial sebagi dampak dimulainya transformasi Lebak selatan menjadi daerah industri.

“Kondisi geografis yang bergunung-gunung dan tersebarnya penduduk di lokasi yang jauh menuntut rencana dan aksi mitigasi yang terjaga kuat. Minimalnya, di saat terjadi sesuatu kita punya akses informasi yang cepat mengenai dampak yang akan kita teruskan ke pihak pemerintah. Ini untuk mempercepat koordinasi dan layanan serta meminimalisir jumlah korban akibat bencana alam,” ujar Anis kepada Tuntas Media, (29/01/2018) siang.

Dirinya menyebut, dalam setahun terakhir pihaknya intens membangun sinergi dengan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk melakukan penganggulangan bencana.

“Beruntung bahwa setahun ke belakang kami intens membangun sinergi dengan pihak RAPI dan Tagana. Jadi ketika kemarin ada kejadian bencana, kami langsung bisa bergerak,” pungkasnya.

Ketua RAPI Lokal 01 Cimadur, Wilayah 03 Lebak, Daerah 30 Banten, Tb Willdan Hidayatullah didampingi Ketua Tagana Wilayah Lebak Selatan, Bandi Bohandi mengatakan, sejak hari pertama terjadi gempa bumi, RAPI langsung bersinergi dengan Tagana.

“Sejak hari pertama terjadinya gempa besar berskala 6,1 SR di Lebak, RAPI yang bersinergi dengan Tagana secara sadar langsung melibatkan seluruh anggota untuk mendharmabaktikan potensi yang dimilikinya untuk membantu masyarakat yang sedang mengalami musibah. RAPI segera membentuk posko-posko bantuan komunikasi (Posko Bankom, red) dan Pak Bandi menyebar anggotanya ke lokasi-lokasi yang terdampak,” ujar Willdan.

Ditanya mengenai kesiapan di masa depan, Willdan menjelaskan, berkaca dari pengalaman pihaknya akan memperbaiki kualitas komunikasi radio di selatan. Pihaknya akan bertahap mensosialisasikan penggunaan perangkat radio di kantor kecamatan dan desa.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk memperkuat upaya kesiapsiagaan, mitigasi, tanggap darurat, bantuan dan rehabilitasi sosial bagi korban bencana.

“Skenario yang terburuk yang harus kami antisipasi adalah terjadinya bencana alam yang membuat jalur komunikasi reguler dan listrik terputus. Kita belum punya Radio Pancar Ulang (repeater, red) yang dapat meneruskan informasi ke ibukota kabupaten. Ini PR besar buat kami mengingat biaya pembangunannya yang dibutuhkan sangat besar. Mudah-mudahan ada perhatian dari pihak mana saja,” harapnya.

Redaktur : A Supriadi
Reporter : Dendi