KEPALA Balai Nasional Ujung Kulon (TNUK), Mamat Rahmat menyebut, kematian badak jawa (Rhinoceros Sondaicus) dengan identitas Samson (ID: 037.2012) bukan karena perburuan. Dugaan awal, badak berusia 30 tahun tersebut mati karena penyakit.
“Faktanya tidak ada perburuan yang menyebabkan kematian badak jawa ini, yang kedua kemungkinan adalah mati karena penyakit. Makanya kami lakukan nekropsi, sementara hasil nekropsi ini tidak temukan adanya penyakit atau bakteri atau virus dalam organ badak jawa tersebut. Dugaan kami badak jawa ini mati karena tua, alami,” terang Mamat saat memberikan keterangan pers di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Kamis (26/04/2018) yang dikutip melalui Twitter @KementerianLHK.
Mengenai lebih detil penyebab kematian Samson, pihaknya masih harus menunggu hasil laboratorium yang dilakukan oleh dokter hewan dan ahli patalogi dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Hasil lebih detil penyebab kematiannya harus menunggu hasil lab, karena kami bersama dokter hewan dan ahli patalogi IPB akan membawa sampel hati, otot jantung dan usus untuk dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui penyebab kematian secara pasti,” pungkas pria berkacamata ini.
Redaktur : A Supriadi
Sumber : Twitter Kementerian LHK